Oleh : Rina Rahma Sehat dengan Obat yang Disediakan Alam

Pengobatan zaman dahulu dilakukan manusia secara tradisional dengan menggunakan keberadaan tanaman-tanaman yang ada di sekeliling mereka, atau dikenal dengan tanaman herbal. Pemanfaatan ramuan alam untuk tujuan kesehatan sudah ada sejak ribuan tahun silam. Beberapa bangsa yang telah memiliki peradaban maju seperti Yunani, Romawi, Cina, India, dan Mesir juga telah mengunakan pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan dari tanaman herbal.

Indonesia juga kaya akan pengetahuan mengenai pengobatan tradisional karena kekayaan tanamannya akibat dari kondisi fisik yang memungkinkan tumbuhnya beragam tanaman. Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki khasanah pengetahuan dan cara tersendiri tentang pengobatan tradisional. Sebagian ada yang menuliskannya ke dalam naskah kuno yang bersumber dari pengetahuan yang diturunkan secara turun-temurun melalui tradisi lisan. Berbicara tentang tanaman herbal, Indonesia adalah salah satu laboratorium tumbuhan atau tanaman berkahasiat obat terbesar di dunia. Sekitar delapan persen herbal dunia tumbuh di negeri ini. Indonesia memiliki sekitar 35 ribu jenis tumbuhan tingkat tinggi, di mana 3.500 di antaranya dilaporkan sebagai tumbuhan berkhasiat obat. Menurut Anas Badrunasar (2016), obat herbal adalah obat yang bahan bakunya berasal dari tanaman dalam bentuk simplisia atau ekstrak untuk meningkatkan kesehatan.

Secara nasional, pemerintah Republik Indonesia telah mengatur keberadaan obat tradisional ini. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor 246/Menkes/Per/V/1990, obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Sementara Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) kemudian mengelompokkan obat tradisional yang beredar di Indonesia menjadi tiga jenis, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Demikian juga di arena global, yang juga didasarkan atas banyak pengalaman serupa di negara lain, World Health Organization (WHO) menggambarkan bahwa penggunaan obat herbal telah mencapai hingga 65 persen dari penduduk negara maju dan 80 persen penduduk dari negara berkembang di seluruh dunia.

Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan pengkajian terhadap naskah yang memiliki kandungan mengenai pengobatan tradisional, seperti Naskah Tajul Muluk, atau beberapa naskah lain yang turut membahas tentang pengobatan tradisional ini. Secara global, obat-obatan herbal lebih umum dipraktikkan daripada obat-obatan konvensional. Secara lokal di berbagai daerah pedesaan, pengobatan herbal terus tumbuh subur dalam berbagai cerita rakyat, tradisi, dan praktik lokal.
Aceh sebagai salah satu kawasan yang berada dalam wilayah Indonesia juga telah mengenal pongabatan tradisional dengan mengunakan bahan-bahan herbal sejak dulu. Orang-orang yang tinggal di desa atau gampong yang tempat tinggal mereka jauh dari pusat kota, seperti Mukim Lamleuot, Kecamatan Kuta Cot Glie, Gampong Bak Sukon, dan Siron Blang, Siron Krueng, masyarakatnya masih banyak menggunakan obat-obatan dari tanaman herbal untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya, seperti batuk, demam, sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, panas dalam, sakit mata, sakit tenggorokan, dan penyakit-penyakit ringan lainnya. Kecuali untuk penyakit berat yang memang tidak bisa disembuhkan dengan obat herbal maka mereka akan mengunjungi rumah sakit terdekat.

Di abad milenial ini, peminat pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan herbal mulai dikesampingkan. Hal itu terjadi karena sebagian orang merasa bahwa pengobatan dengan menggunakan obat herbal itu memakan waktu yang relatif lama. Untuk mencari bahan tumbuhannya pun jarang orang yang mau, sebab harus mencari ke dalam hutan yang terkadang memakan waktu cukup lama.

Pengobatan tradisional ada beberapa cara dalam pengobatannya, ada yang berbentuk obat minum, obat gosok, obat ikat, atau obat tempel. Dalam pengobatan tradisional takaran atau perbandingan bahan obat didasari atas fungsi obat tersebut, baik sebagai obat dalam (oral atau masuk mulut) atau obat luar. Kalau dipergunakan sebagai obat luar (kulit) maka perbandingan tiap unsurnya mempergunakan perbandingan angka. Masyarakat Mukim Lamleuot, Gampong Siron Krueng juga menggunakan angka yang ganjil seperti 3, 5, dan 7. Untuk meminum kedua kalinya menggunakan angka ganjil yang dimulai dari angka 5 dan 3.
Ada beberapa jenis tanaman di sekitar atau mencari ke hutan yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk membuat obat tradisional seperti daun pacar, kunyit, lengkuas, pandan, daun pasak bumi, daun peugagan, daun johar, bawang merah, temulawak, daun kuda-kuda, daun jarak pagar, kulit manggis, kulit langsat, pinang, sirih, daun pala, daun sirsak, daun jambu biji, ketumbar, pala, cengkeh, lada, kayu manis, madu dan masih banyak jenis tanaman lainnya yang tidak seluruhnya disebut. Selain itu, juga akar, batang, biji, daun, putik, buah, pucuk, getah, beras, minyak, kulit, rimpang, dan bunga. Beberapa jenis tanaman tersebut bisa mengobati beberapa gejala penyakit, seperti sakit lambung bahan yang diperlukan yaitu kunyit, daun pacar, buah pare, buah rumbia, dan gula tebu. Sementara obat demam menggunakan daun kuda-kuda, dan agar menghilangkan sakit gigi, orang bisa menggunakan garam, cengkeh, dan getah daun pagar rumah. Secara keseluruhan tanaman-tanaman yang ada tersebut banyak di jumpai di sekeliling rumah warga dan ada juga yang harus mencarinya masuk ke hutan, masyarakat mukim Lamleuot juga menggunakan obat dari bahan 40 jenis tumbuhan tanaman yang banyak tumbuh di hutan. jika dicampur dan diramu akan menjadi obat cut, yang akan menyembuhkan anak-anak yang mengalami demam tinggi hingga mengalami kejang (step).

Selain dikonsumsi oleh warga, mereka juga mengusahakannya agar warga yang tidak bisa mengaksesnya di hutan tidak kesulitan. Di kios-kios di sekitar pemukiman biasanya tersedia berbagai tanaman untuk pengobatan dan jika diperlukan bahan lain yang tidak tersedia, mereka akan menghubungkannya kepada warga lain yang memiliki tanaman tersebut. Apabila jenis bahan obat yang diperlukan tidak tersedia baik di pekarangan rumah maupun ketersediaan di hutan mulai langka, warga akan membeli ke pasar-pasar tradisional terdekat.
Pengetahuan tentang pengobatan tradisional serta bahan-bahannya sangat penting untuk dikembangkan dan diturunkan ke generasi berikutnya. Pengalaman masa pandemic Covid-19 lalu menunjukkan urgensi tersebut, sehingga mampu menahan laju korban di gampong ini. Masyarakat Aceh pada umumnya meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam beserta isinya, termasuk salah satunya tanaman hijau yang mempunyai sejuta manfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman yang ada di alam bisa kita gunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, seperti yang penulis kutip dari kata bijak “Jangan menunggu sakit, maka memulai pola hidup sehat. Budayakan hidup sehat untuk mencegah segala penyakit.”