Oleh Rina Rahma
Peran Perempuan Dalam Menjaga dan Melestarikan Sumber Mata Air di Gampong Iboeh Tunong Mukim Seulimum Aceh Besar
Dalam hal pelestarian lingkungan, perempuan diakui memiliki peran yang setara dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Perempuan juga merupakan makhluk yang sangat bergantungan dengan air yang tersedia di bumi. Perempuan telah memainkan peran penting dalam menjaga sumber mata air seperti mengumpulkan, menyimpan dan mendistribusikan air untuk kebutuhan rumah tangga-nya.
Kendati demikian, ketersediaan air di bumi juga memiliki peran yang siginifikan untuk keberlangsungan hidup, salah satunya seperti sumber mata air. Mata air adalah sumber air yang berasal dari luar Bumi, kemudian masuk ke dalam Bumi, dan keluar lagi menjadi sesuatu yang baru. Mata air dapat terjadi karena air di atas permukaan bumi meresap ke dalam tanah dan menjadi air tanah. Air menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia.
Gampong Iboeh Tunong
Di kawasan Aceh Besar salah satu wilayah yang memiliki sumber mata air yakni Gampong[2] Iboeh Tunong. Iboh Tunong merupakan salah satu gampong yang ada di Mukim Seulimeum, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Indonesia. Jarak tempuh ± 1 jam perjalanan dari Kota Banda Aceh. Gampong Iboeh Tunong sendiri terletak di dalam kawasan ekosistem Seulawah, yang posisi gampongnya langsung berada dekat dengan kaki gunung Seulawah, Seulawah sendiri merupakan salah satu gunung aktif yang ada di Aceh.
Gampong Iboeh Tunong merupakan gampong yang tidak berbatasan langsung dengan laut dan di luar batas hutan, hampir seluruh wilayahnya berada di daratan (wilayah pedalaman) Aceh Besar, hal ini mengakibatkan kondisi tanah yang subur serta tanah yang banyak bebatuan karena terletak di kaki gunung. Gampong ini juga terdapat hamparan sawah yang luas dan indah. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sisanya ada sebagai pekebun, pedagang, pencari air madu lebah dan tidak ada yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Dikarenakan penduduknya hampir 100% petani, maka penduduk gampong Iboeh Tunong sangat bergantung hidupnya dengan Sumber Mata air, mereka mempunyai tradisi untuk menjaga sumber mata air secara turun temurun, dan ada juga pantangan dalam menjaga sumber mata air tersebut. Ada dua lokasi Hutan Sumber mata air di gampong Iboeh Tunong, yakni Uteun Mata Ie dan Uteun Lam’u. Kedua lokasi hutan ini menjadi hutan yang dijaga dan dilindungi oleh masyarakat setempat. Letak kedua hutan sumber mata air ini pun tidak jauh dari pemukiman warga, sehingga bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan sepeda motor.
Aktivitas menjaga sumber mata air di Gampong Iboh Tunong sudah berlangsung semenjak zaman dahulu. Masyarakat gampong secara bersama-sama menjaga dan melestarikan ketersediaan sumber air, tak terkecuali kaum perempuan juga dilibatkan dalam menjaga sumber mata air. Perempuan Gampong Iboeh Tunong yang berprofesi sebagai petani dan Ibu Rumah Tangga, pasti akan sangat merasa bergantung dengan sumber air.
Pentingnya Hutan Kolam Mata Air Bagi Perempuan Petani Iboeh Tunong
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis yang sudah pernah tinggal beberapa minggu disana dan berinteraksi dengan perempuan-perempuan di gampong Iboeh tunong ini, Sumber mata air merupakan ibu bagi masyarakat disana,karena dengan adanya kolam mata air ini dapat mengatasi keberlangsungan hidup mereka, seperti memudahkan mereka untuk mencuci baju, mengantisipasi kekurangan ketersedian air di musim kemarau dan mengaliri air bagi sawah-sawah mereka.
Selain untuk menjaga juga ada beberapa tradisi adat seperti khanduri Blang[3]yang dilakukan di Hutan Mata air ini, khanduri dilaksanakan pada musim padi ketika akan ditanam, hal ini disebutkan sebagai rasa syukur kepada sang pencipta karena telah memberikan air yang melimpah untuk kesuburan padi masyarakat di gampong setempat. Dalam pelaksanaan khanduri tersebut, perempuan mengambil peran aktif selama khanduri Blang tersebut berlangsung, seperti memasak makanan untuk hidangan para tamu dan juga ikut serta dalam hal penyambutan tamu, apabila ada undangan tamu dari luar gampong.
Bagi perempuan sendiri dalam menjaga Kolam Sumber mata air ini memiliki beberapa pantangan dan aturan yang harus ditaati ketika akan datang ke kolam mata air tersebut, seperti dilarang bagi perempuan yang sedang menstruasi (berhadas besar) karena dianggap tubuh dalam keadaan tidak suci, dan juga dilarang terlalu huru hara atau tertawa kencang saat berada dikolam tersebut. karena menurut mitos cerita ibu-ibu di gampong setempat hutan Kolam Mata air ini keramah dan memiliki penunggu-nya.
Selain itu ada juga hal-hal yang dilarang dalam menjaga sumber air di kedua kolam sumber mata air ini, seperti dilarang menebang segala jenis pohon yang berjarak 50 meter dari sumber mata air, hal ini dilakukan guna menjaga agar ketersediaan air di kolam sumber mata air ini selalu ada. Dan apabila jika ada yang melanggar aturan tersebut akan dikenakan sanksi adat. Seperti wajib memotong Kambing dan memasak Beras Ketan yang dibawa ke mushola/ tempat pertemuan masyarakat di gampong.
Dikarenakan mayoritas perempuan gampong Iboh Tunong berprofesi sebagai buruh tani, untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sebagian perempuan di Gampong Iboh Tunong ini memilih untuk menjadi buruh, baik buruh harian maupun buruh musiman seperti buruh memetik Ubi, cabai, jagung dan juga padi. hal ini dilakukan juga untuk membantu meringankan beban belanja suami dalam rumah tangga. Ada satu hal menarik yang menjadi perhatian penulis selama berada di Gampong Iboh Tunong, yakni penerimaan upah antara lelaki dan perempuan itu berbeda, karena disini masih adanya menganggap cara kerja perempuan masih jauh tertinggal lambat ketimbang pekerja laki-laki, dalam hal ini kesenjangan kesetaraan gender masih rentan terjadi.
Dua bulan yang lalu, penulis juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan hutan kolam sumber mata air dengan melibatkan semua perangkat gampong, masyarakat dan pemuda beserta pihak koramil dan polsek setempat untuk melakukan kegiatan penghijauan dengan menanam bibit tanaman yang dapat menjaga ketahanan air, guna pemeliharaan sumber air dan sumber mata air. Kegiatan pun berlangsung selama sehari penuh dengan cara swadaya.
Kegiatan ini pun diterima dengan baik oleh masyarakat, ibu-ibu juga ikut ambil bagian walaupun hanya menanam bibit bunga dan menyiram tanaman yang sudah ditanam. Dengan adanya kegiatan seperti ini kita bisa mengerti mengapa peran perempuan sangat penting dalam menjaga dan melindungi sumber mata air tersebut Karena dengan adanya keikutsertaan perempuan akan menjaga ketersediaan air dan melindungi hutan untuk generasi yang akan datang.
Melihat dari berbagai kegiatan yang telah disebutkan diatas sepertinya partisipasi perempuan sangat diperlukan untuk selalu menjaga dan melindungi sumber mata air tersebut. Semoga kaum perempuan ini akan selalu menjadi tameng yang kuat untuk melindungi kolam Sumber mata air namun juga mendapatkan ridha illahi.
[2] Gampong disebut juga Desa dalam bahasa Indonesia
[3] Blang disebut juga Sawah dalam bahasa Indonesia