Oleh Rina Rahma Pemetaan dan Profil Kampung Sulum Aceh Tamiang

Kampung Sulum merupakan sebuah kampung yang terletak di kecamatan Sekerak kabupaten Aceh Tamiang yang berjarak 35 KM dari pusat kota kecamatan. Luas wilayah kampung Sulum 2.245 HA. Dengan jumlah Penduduk 556 jiwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani/ pekebun dan berdagang. Secara umum keadaan topografi Kampung Sulum merupakan wilayah berbukit dan dataran rendah dan kebanyakan lahan areal perkebunan masyarakat dan sebagian besar lahan rakyat menjadi tidak penting kehidupan membantu perekonomian masyarakat Kampung Sulum.

Tahun 2006, Kampung Sulum pernah dilanda banjir bandang hebat  sehingga menyebabkan masyrakat  Sulum pindah dari semula delta sungai Tamiang, berpindah ke daerah yang lebih tinggi atau bernama Sulum Baru.

sejak 1965 Sulum sudah mejadi kampung, namun secara administratif tahun 2002 Sulum memiliki 3 dusun yakni : Dusun Tani, Dusun Mesjid dan Dusun Tanjung, secara administratif kampung sulum berbatasan dengan :

  1. Sebelah Timur berbatasan dengan Patok kawasan hutan produksi, Arul Sere, Arul Simpang Bambu, kawasan ini merupakan kawasan yang menjadi kebun campuran luas perkiraan 200 ha. Arul sere merupakan batas antara Kampung Juar. Dalam kawasan hutan produksi fersinya masyrakat sudah diambil oleh masyarakat untuk ditanamin tanama buah-buahan.
  2. Sebelah Utara Kampung Sulum,berbatasan dengan  tanah adat, alur bengkolah, bekas ladang, hutan, semak belukar, kebun tanaman  campuran
  3. Sebelah selatan berbatasan dengan kebun kampung, ada bekas mesjid, bekas sma, tanah wakaf dan kuburan kramat. Wilayah selatan merupakan perkampung lama pada tahun 2006 terjadi banjir yang besar sehinga menghabis semua bangunan sehingga  warga harus di relokasi ke dusun Sulum sekarang. Sebagian tanah warga di Sulum lama menjadi Kebun Sawit dan ada juga kebun milik kampung yang tersisa hanya kuburan kramat  dan bekas masjid serta bekas gedung sekolah. 
  4. Sebelah Barat berbatasan dengan Simpang Jernih Aceh Timur.

Kepemimpinan  tingkat Desa di Aceh Tamiang, mereka lebih mengunakan istilah Datok Penghulu sebagai Petua Kampung (Keuchik dalam bahasa Aceh) dan MDSK (Majelis Duduk Setikar) dalam bahasa Aceh Tuha peut, sebagai pembantu Keuchik. Selama berdiri kampung Sulum, diketahui ada beberapa Datok yang memimpin Kampung Sulum, jumlah datok yang berkuasa di bawah ini

  • Datok Lebisam/haji Pi’i     tahun 1965-1974
  • Datok Bentalem                  tahun 1974-1977
  • Datok Amiruddin               tahun 1977-1978
  • Datok Ismail                         tahun 1978-1979
  • Pj Datok Abas Ar                tahun 1979-1980
  • Datok Amiruddin               tahun 1980-2004 di tunjuk langsug oleh camat
  • Datok Jamin                         tahun 2004-2010
  • Datok Safaruddin               tahun 2010-2014
  • Pj Datok Salamun              tahun 2014-2016
  • Datok jamal Arif                 tahun 2016-2022
  • Datok Alimat                       tahun 2022-sekarang

Masyrakat Kampung Sulum, mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh. Sebagian ada yang bekerja dengan perusahan perkebunan PT.Semadam baik pria maupun wanita.

Biodiversity Kampung Sulum terdiri dari

  1. Jenis Komoditi : Sawit, Karet Pinang,Rotan,Jernang,Sengon,Kelapa,Kopi dan Tebu
  2. Jenis Ikan /seafood :Jurong, Lameudok, Cebaru,Baung,Telan(Sili), Gabus,Lele, Kerang, Siput, Sepat,Sepur, Lempuk,Gabus Pasir, Gabus Bodoh,Gabus Bujuk, Kemukus,Tunong/Sidat
  3. Satwa : Harimau, Buaya, Gajah, Musang, Sapi, Kerbau, Rusa, Kancil, Babi, Anjing, Kijang
  4. Jenis Burung dan Unggas : Merak, Ranggok,Ayam, dan Itik
  5. Jenis Buah-buahan : Rambutan,langsat,manggis,duku,coklat,kelapa,durian,pisang,dan berbagai jenis jambu.

Sejarah buka ladang

Awal pembukaan ladang terjadi di Kampung Sulum, dimulai pada tahun 1970’an, dengan jenis tanaman yang ditanam yakni padi lokal. Tanaman Padi tetap menjadi primadona di Sulum, yakni Padi Sawah dan Padi Ladang. Namun pada tahun 1995 mulai adanya peralihan lahan ke perusahaan. Buka ladang di Sulum, juga diiringi dengan tradisi khanduri, orang Tamiang menyebutnya Khanduri Nalak. Dalam tahapan pelaksanannya masyarakat kampung Sulum juga menggunakan kalender musim, dalam bahasa Tamiang disebut Langkah

Khanduri ini dilakukan pada saat penurunan bibit dalam sawah, biasanya di lakukan sesuai dengan anjuran petua ladang (kejruen Blang di Aceh Besar), ayam dan kambing menjadi pilihan pertama untuk hewan semblihan. Petua Ladang memberikan arahan di hari apa-apa saja yang bagus untuk menurunkan bibit Padi. Biasanya dilakukan pada hari-hari baik seperti Kamis/Senin kadang  juga ada di hari Minggu.

Namun semenjak masuk-nya perusahaan perkebunan Karet dan Sawit, lahan di Kampung Sulum yang semula lahan padi berubah menjadi lahan perkebunan. Tradisi  buka lahan di Sulum lahan perlahan-lahan menjadi berkurang bahkan nyaris hilang.

Pemetaan Patisipatif kampung Sulum

YRBI hadir ke Sulum pada Juni 2023. Difasilitasi oleh Sage Foundation-YMKL Jakarta  dengan program pemetaan partisipatif bersama masyarakat setempat, yang di bantu oleh aparat gampong beserta mukim. Basis pemetaan partifsipatif lebih di focuskan pada tataruang kampung, wilayah perkebunan yang berbatas dengan gampong serta aeral pemukiman masyarakat. Pemetaan secara partisipatif ini bertujuan untuk menyadarkan masyrakat bahwasannya dengan tersedianya dokument peta maka akan memudahkan masyarakat tahu  persis sejauh mana watas wilayah dan dapat juga menjaga sumber daya komunal yang tersedia dalam kawasan mereka.

Proses pemetaan secara swadaya ini, melibatkan masyarakat untuk ikut secara bersama-sama dalam pengambilan titik batas wilayah Sulum, dengan kampung tetangganya dengan di dampingi oleh Tim pemetaan dari YRBI.  Masyrakat secara aktif mengikuti kegiatan pemetaan baik dari kalangan pemuda maupun kalangan perangkat desa.

 Untuk tim yang melakukan pemetaan dalam kawasan hutan menginap selama beberap hari di kampung Sulum.  Hal ini dilakukan mengingat rute pemetaan yang sangat jauh dari pemukiman warga. Selama melakukan pemetaan ini, anggota tim pemetaan juga menemukan beberapa titik lokasi yang di anggab sebagai tanah adat masyarakat kampung Sulum, yakni ditemukan sebuah makam yang di anggap keramat oleh masyrakat Kampung Sulum dan masyrakat sekitarnya.

Adapun dengan hasil pemetaan. Adanya tindak lanjut untuk lanjutan pasca pemetaan tahap pertama untuk penataan tata guna lahan, identifikasi hutan adat, dan penyusunan kembali aturan adat di kawasan tersebut.

Dengan dilakukannya pemetaan ini, semoga kedepan memudahkan masyarakat untuk mengenali wilayah mereka dan tentunya kawasan wilayah tanah adat di Arul Pangidam selalu menjadi wilayah masyarakat Kampung Sulum.